UPDATEBERITA.ID–Merauke.Persoalan kebudayaan suku Malind ditengah hiruk pikuk kehidupan sosial masyarakat yang majemuk di bumi Animha membuat budayaan Malind, Isayas Ndiken akat bicara. Kita yang hidup di atas tanah ini bangga dengan kesejatian yang diungkapkan dalam bahasa Malind yaitu “ANIMHA”. Tapi kita sadar atau tidak, kita telah tertidur dan terlena terhadap situasi dan kondisi yang terjadi diatas tanah ini.
Sehingga banyak sekali masyarakat adat yang saya temui mengatakan “MATOHALE” disini sebuah ungkapan keputusasahan terhadap kejadian yang terjadi di atas tanah ini. Siapa yang mau diharapkan untuk menjadikan “MATOHALE” sebagai sebuah ungkapan yang bisa membawa sebuah harapan kepada mereka pemilik tanah ini.
“Saya sedih….. saya menangis….. ketika orang-orang yang menjadi penjaga tatanan kehidupan masyarakat adat Malind Amin, menyampaikan “MATOHALE” terhadap kondisi dan situasi yang terjadi sekarang diatas bumi Animha ini.”Ucap Isayas Ndiken, Saat diwawancarai UB di kediamannya di Kompleks KPG Merauke, Minggu (17/10).
Selanjutnya, Isayas Mengharapkan kepada seluruh masyarakat Malind Anim untuk bisa mengembalikan ungkapan “MATOHALE” menjadi sebuah ungkapan “MAKESASAHI” agar menjaga keseimbangan bumi animha ini dengan baik.
“kita jangan apatis terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di tanah ini. Tapi mari kita bersama-sama memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Agar kesalahan itu, bukan menjadi sebuah kebenaran yang pada akhirnya merugikan kita sebagai pemilik tanah ini,” tegasnya.